Kalau saya ditanya apakah saya bahagia atau tidak maka jawabnya: ya saya bahagia. Saya bahagia sejak bayi hingga saat ini. Saya tahu arti bahagia karena saya juga tahu apa yang disebut sedih, menderita, tidak diinginkan, tidak disukai, dibenci, dimusuhi, dll. Andaikata saya tidak pernah mengalami keadaan yang tidak membahagiakan, mungkin saya tidak tahu arti bahagia. Sepanjang ingatan saya, saya selalu menerima keadaan apapun yang menimpa saya, namun apabila saya rasakan tidak enak, saya akan berusaha supaya tidak terlalu lama berada pada situasi tersebut. Saya tipe perempuan yang tidak tahan pada rasa sakit, rasa sedih, rasa tidak nyaman, dan kegagalan. Oleh sebab itu saya selalu bergegas mencari jalan keluar yang baik supaya segera beranjak dari tempat tersebut. Bagi saya, setiap keadaan tidak baik yang saya alami, selalu memberikan pengalaman yang berharga. Saya banyak belajar dari pengalaman yang tidak baik. Saya memandangnya secara positif supaya saya bisa memperbaiki pengalaman yang tidak baik tersebut.
Saya menyukai pemikiran Seligman, seorang psikolog asal Amerika tentang kebahagiaan. Menurutnya, kebahagiaan adalah keadaan psikologis yang positif. Artinya jika seseorang memiliki emosi positif berupa kepuasaan hidup, pikiran, dan perasaan positif terhadap kehidupan yang dijalaninya maka ia disebut bahagia.

Hari ini saya berumur 50 tahun. Sesuai dengan siklus biologis, sebagian besar perempuan yang sudah mencapai usia 50 tahun, akan mengalami berbagai perubahan fisik, emosional, dan gaya hidup. Orang sering menyebut tahapan kehidupan ini sebagai menopause. Saya mendengar banyak perempuan diluar sana yang tidak bahagia menghadapi menopause. Banyak alasan yang disampaikan para perempuan mengapa mereka tidak bahagia dan cemas. Menghindari atau mencegah menopause jelas tidak mungkin. Karena menopause sudah dirancang Tuhan untuk perempuan demi kesehatan perempuan. Yang mungkin dilakukan hanya mengurangi tingkat komplikasinya.

Menopause adalah berhentinya periode menstruasi, yang menandai berakhirnya masa reproduksi perempuan. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormonal, terutama penurunan produksi estrogen. Menopause menimbulkan gejala fisik seperti hot flashes (perasaan hangat dan berkeringat secara tiba-tiba), keringat malam, gangguan tidur, penambahan berat badan, dan perubahan distribusi lemak tubuh. Fluktuasi hormon selama menopause menyebabkan perubahan emosional seperti perubahan suasana hati, lekas marah, cemas, atau perasaan sedih. Namun, perubahan emosional ini tidak bersifat universal dan bervariasi bagi setiap perempuan. Pun ada peningkatan resiko keropos tulang dan osteoporosis yang sangat tinggi karena produksi hormon estrogen makin tipis. Dampak lain adalah resiko penyakit kardiovaskular; termasuk resiko penyakit jantung dan stroke yang semakin meningkat.
Dari dulu sampai sekarang saya selalu yakin bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Sebagai perempuan masa kini saya sudah memiliki rencana yang matang supaya kompleksitas sekitar menopause tidak membuat saya takut, melainkan malah membuat saya lebih bersemangat menyambutnya. Sebagai langkah persiapan, saya harus memiliki gaya hidup yang lebih sehat, makin rajin berolahraga, selalu bersemangat dan berpikiran positif, menjaga kesehatan lebih baik, bergaul dengan orang-orang yang saya sukai, dan berusaha supaya raga saya bahagia. ***