Saya punya teman namanya Rah. Menurut pengakuannya, hidupnya sempurna dan bahagia. Dia tidak punya pengalaman yang tidak menyenangkan. Semua pengalaman dianggap hebat dan meninggalkan kesan mendalam. Dia tidak pernah bersedih, tidak pernah menderita, tidak pernah tidak bahagia, tidak pernah tidak senang, dan tidak pernah merasakan perasaan tidak enak.
Saat ditanyakan, “apa yang kamu lakukan saat kamu merasa gagal?” Dia malah balik bertanya, “Gagal itu apa? Itu bagaimana? Ciri-cirinya apa?”
Menurut pengakuan Rah dia menyusun hidupnya supaya selalu selamat, jadi bukan untuk sukses.
“Semua yang berpotensi membuat saya tidak selamat akan saya hindari,” kata Rah suatu hari.
Senin, 19 Mei 2022, pagi hari, Rah tertabrak motor saat berolahraga di citywalk Jalan Slamet Riyadi. Beberapa bagian lengan dan kakinya terluka dan berdarah. Si penabrak; karena dia tahu bersalah, langsung mohon ampun pada Rah. Rah hanya tersenyum simpul dan menepuk pundak si penabrak.
“Tidak masalah kamu menabrak saya. Tapi bantu saya pulang ke rumah,” kata Rah tanpa menahan rasa sakit. Si penabrak dengan sigap membantu Rah. Ia menuntun Rah menuju sepeda motor dan berniat memboncengkan Rah. Rah menatap dan meneliti wajah si penabrak. Setelah diam sejenak, Rah mengambil alih sepeda motor si penabrak. Rah memboncengkan si penabrak.
“Sudah berapa hari kamu bisa naik motor?” tanya Rah.
“Dua hari, Om,” kata si penabrak dengan rasa takut. Si penabrak berumur sekitar 16 tahun, berwajah tampan, dan bertubuh kerempeng.
Dalam perjalanan pulang, pikiran Rah memberitahu perihal luka. Pertama, semua luka bisa disembuhkan. Kedua, sembuhnya luka perlu proses yang kompleks dan saling berhubungan. Ketiga, sembuhnya luka tergantung dari luka yang terjadi dan parahnya luka. Keempat, sekecil apapun luka akan menyisakan bekas. Kelima, luka itu ada karena fungsi jaringan rusak. Harus ada usaha untuk mengembalikan jaringan menjadi normal atau mendekati normal. Keenam, luka yang menganga bisa diberi perlakuan berbeda supaya yang menganga bisa tertutup rapat.
Rah menghentikan sepeda motor tepat di depan rumahnya. Dia langsung menyuruh si penabrak pergi. Rah menarik nafas dalam-dalam dan menghebuskannya secara perlahan.
Sampai di rumah, inilah yang dilakukan Rah.
“Anjing, tai babi, monyet busuk. Kenapa dia menabrak saya? Dasar anak setan. Didikan Iblis. Anak sundal. Anak neraka. Anak jahanam. Bangsat. Bajingan tengik. Asu!”
Rah berteriak-teriak dan membanting pintu. Rah mengamuk di rumahnya. Rah yang tidak terlihat dimuka umum adalah Rah yang sesungguhnya.***