You are loved when you are born. You will be loved when you die. In between, you have to manage.
Saya pernah patah hati saat orang tua saya meninggal, terutama Ibu. Saat Ibu meninggal, saya memerlukan waktu selama tiga bulan untuk memulihkan hati saya yang hancur. Saya merasakan penderitaan yang mendalam karena kehilangan orang yang amat saya cintai. Selama kurun waktu tersebut, dada saya sering sakit. Sebuah insiden traumatik kabarnya memang mendorong otak untuk menyalurkan zat-zat kimia ke jaringan jantung yang melemah. Bisa jadi inilah yang menyebabkan dada saya perih.

Patah hati memang menciptakan rasa sakit emosional yang dramatis. Tidak melulu melalui kematian, tetapi patah hati juga bisa disebabkan oleh hal lain seperti perceraian, putus cinta, atau penolakan cinta. Umur saya sekarang 46 tahun, saya sering menyaksikan orang-orang dari segala usia dan latar belakang mengalami patah hati karena urusan cinta.

Saya belum pernah patah hati karena cinta, namun saya pernah menghancurkan hati seseorang sehingga ia mengalami patah hati. Yang saya pelajari, orang yang dicampakkan paling susah move on, sementara pihak yang memutuskan hubungan bisa dengan mudah melanjutkan hari-harinya. Orang-orang yang patah hati biasanya tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh pikirannya. Karena kendali utama bukan pada logika, melainkan dari insting atau naluri.

Salah satu kecenderungan paling umum yang dimiliki oleh orang yang patah hati adalah mengidealkan orang yang menghancurkan hatinya. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam mengingat senyum sang mantan. Mengenang saat-saat bersama yang menyenangkan. Memanggil kembali memori kasih sayang. Namun sesungguhnya, perilaku seperti ini justru membuat kehilangan terasa makin menyakitkan. Karena pikiran dibiarkan terus mengulang-ulang optimal experience saat masih bersama. Bagi saya, ini adalah sebuah sikap pasif-agresif.
Tak ada satu pun dari kita yang kebal terhadap patah hati.

Mengatasi patah hati tidak gampang. Karena ada pertempuran hebat di dalam pikiran orang yang patah hati; yaitu munculnya pikiran untuk mengenang betapa idealnya sang mantan. Oleh sebab itu supaya tidak terjadi idealisasi sang mantan, orang yang patah hati harus segera menyeimbangkan pikiran mereka dengan menyusun daftar lengkap perilaku buruk sang mantan. Menurut saya, jika terjadi keseimbangan antara idealisasi dan imperfection mantan, maka tindakan move on akan cepat terjadi. Apakah gampang? Tidak. Namun life is how it is, not how it was. Jadi harus move on sesulit apapun. ***
Fungie