
Setiap individu itu unik. Itulah sebabnya mengapa seseorang mempunyai pilihan atau tipe-tipe kesukaan yang berbeda-beda. Pilihan presiden, pilihan artis idola, pilihan klub sepak bola, makanan kesukaan, restoran favorit, merk baju, merk sepatu, untuk masing-masing individu memiliki kecenderungan berbeda-beda. Apalagi menyangkut pasangan hidup, sudah pasti keunikan tiap individu akan mempengaruhi pilihannya. Ini disebabkan karena apa? Disebabkan karena adanya senyawa-senyawa kimia otak setiap individu yang kadarnya tidak sama. Senyawa kimia dalam otak tersebut menghasilkan sensasi-sensasi berjuta rasa yang bisa dijelaskan seacara ilmiah.
Menurut Dokter Ryu Hasan, seorang Neurolog, berbagai gejala klasik awal saat orang jatuh cinta sama dengan gejala klasik awal seorang pecandu narkoba mengkonsumsi obat-obatan terlarang seperti kokain, morfin, ekstasi, yang memiliki efek kimiawi di otak sama persis dengan kondisi otak saat seseorang kasmaran berat.

Pada saat seseorang jatuh cinta, otak yang bertugas mengurus perihal emosi akan bekerja meletup-letup, sementara otak yang bertugas mengurus bagian rasional akan berhenti bekerja. Artinya, beberapa emosi ada yang menguat, beberapa emosi yang lain melemah. Meskipun otak laki-laki dan perempuan memiliki respon yang berbeda, tetapi untuk urusan jatuh cinta, keadaan otak laki-laki dan otak perempuan sama-sama dalam kondisi tidak rasional. Aktivitas otak orang yang sedang jatuh cinta dipicu oleh hormon-hormon dan neurotransmiter seperti dopamine, estrogen, oksitosin dan testosteron. Sirkuit-sirkuit otak yang aktif ini sama persis dengan seorang pecandu narkoba yang sedang parah-parahnya mengharapkan pasokan ekstasi.
Keadaan otak kasmaran berlangsung selama 6-8 bulan pertama. Mabok cinta begitu kuatnya sehingga kepentingan, kebahagiaan dan hidup dengan orang yang dicintai itu adalah segalanya. Bahkan tak jarang kecintaannya pada seseorang yang dicintainya melebihi kecintaannya pada diri sendiri.
Khusus pada 6 bulan pertama, rasa saling bergantung antar pasangan muncul dengan sangat kuat. Orang yang kasmaran selalu ingin bersama karena kebersamaan tersebut akan memunculkan kegembiraan yang ekstra meluap-luap. Apakah seseorang bisa ketagihan jatuh cinta? Bisa. Mengapa? Karena jatuh cinta yang menggebu adalah mabuk narkoba yang alami. Oleh sebab itu bisa diusahakan dan dikondisikan. Saya menyarankan, daripada mengkonsumsi narkoba, lebih baik jatuh cinta saja berkali-kali (tentunya dengan seseorang yang benar). Selain alami dan organik, juga tidak akan ditangkap polisi. Khusus bagi yang sudah menikah, hal inilah yang menjadi tantangan pernikahan karena harus jatuh cinta berkali-kali dengan orang yang sama seumur hidupnya. Kabarnya, ganjaran bagi pasangan menikah yang sah secara agama dan negara dan mendapatkan restu dari orang tua akan menjalani pernikahannya dengan baik, benar dan penuh kasih sayang. Dan selain itu, karena menikah adalah ibadah, maka akan mendapatkan pahala dari Yang Maha Kuasa.

Jatuh cinta saya dengan pasangan saya sangatlah anggun, yaitu setelah berkomunikasi ratusan purnama hingga otak rasional saya memberi tahu dan memberi signal positif bahwa pasangan saya tersebut adalah human being potensial yang harus diajak menikah. Beruntunglah saya karena secara bersama-sama kami mengalami sengatan neurotransmitter cinta, sehingga kisah cinta saya tidak bertepuk sebelah tangan. Seingat saya, ada kecocokan sekitar 80% antara daftar harapan saya (dan leluhur saya: orang tua) dengan potensi yang dimiliki oleh pasangan saya tersebut. Seluruh cita-cita saya (menurut prediksi saya pada waktu itu) akan tercapai bila saya menghabiskan sisa hidup bersamanya. Prediksi memang diperlukan saat seorang perempuan akan menikahi seorang laki-laki yang dicintainya. Prediksi harus dilakukan secara jangka panjang dan pendek. Harus dikaji pula unsur materialis (bukan hal tabu untuk dipertimbangkan). Menurut pengalaman saya, kemampuan memprediksi tersebut turun bersamaan (satu paket) dengan takdir jodoh yang diberikan oleh Tuhan. Orang Islam menyebutnya hidayah.

Setelah menikah, saya dan suami terpisah selama beberapa tahun karena saya berkerja di Indonesia, sementara suami di Singapore. Pada wal-awal pernikahan, saya sering mendapatkan sepatu karena suami saya bekerja di Hush Puppies Singapore. Pekerjaannya adalah memprediksi dan memutuskan, sepatu mana yang layak beredar di Singapore dan Malaysia. Setelah pindah pekerjaan, saya tidak lagi mendapatkan privillage memakai the latest shoes dari Hush Puppies lagi. Suami saya memutuskan berhenti bekerja di Hush Puppies karena saya meminta beliau membantu saya mengurus sekolah di Solo. Sekolah yang saya bangun bersama partner saya (yang sangat baik) semakin besar dan saya tidak mampu lagi mengurusnya karena kemampuan manajerial saya tidak cukup (dalam hal ini kung fu saya memang sangat kurang). Setelah mengurus ijin kerja di Indonesia, beliau bekerja satu tahun membantu saya di sekolah. Perubahan besar-besaran dilakukan di sekolah terutama ritme kerja. Perubahan signifikan tampak pada disiplin, speed, efisiensi kerja, friendly, saling menghormati, tumbuhnya minat membaca, dan larangan bergunjing/menggosip. Masalah bergujing ini mejadi prioritas untuk segera diberantas karena bergunjing menghambat produktivitas kerja (menurutnya). Orang pertama yang mengalami gegar budaya atas kedatangannya di sekolah adalah saya. Saya saja kaget, apalagi guru-guru dan karyawan. Meskipun hanya satu tahun membantu saya di sekolah, perubahan yang diinginkan sudah menampakkan hasil. Beliau berhasil meletakkan dasar-dasar yang baik dan kuat di sekolah. Hingga hari ini sekolah tumbuh dengan kultur bekerja yang sangat baik, diisi oleh orang-orang yang berkepribadian baik, dan sekolah makin berkembang baik dan bersinar. Baginya, sumber daya manusia yang berkepribadian dan berkualitas baik adalah kunci berhasilnya suatu perusahaan.
Kembali kepada cerita sepatu, kebiasaan membelikan sepatu jika pulang dari luar negeri hingga saat ini masih sering dilakukan, namun dengan merk yang bermacam-macam. Gegara sejarah sepatu, saya memiliki banyak koleksi sepatu dan secara pribadi membeli sepatu menjadi salah satu kegemaran saya. Saya memiliki banyak sepatu baik yang harganya murah maupun mahal.
Ada cerita menarik perihal sepatu. Saat saya berada di MBS Singapore, suami saya ingin minum kopi sementara saya masih ingin melihat peralatan dapur di supermarket. Saya diminta menyusul ke coffee shop setelah saya puas melihat peralatan dapur. “Coffee Shop di dekat toko sepeda lantai 3.” Karena saya fokus pada peralatan dapur, saya hanya mengangguk dan mengingat pesannya. Satu jam kemudian, saya mencari coffee shop di dekat toko sepeda. Setelah beberapa kali berputar tak ada satupun toko sepeda di MBS. Saya tidak bisa menelepon karena batere telepon seluler saya habis. Mungkin karena terlalu lama menunggu, suami saya mencari saya. Beruntunglah kami berjumpa di toilet. Beliau complaint mengapa saya tidak bisa menemukan coffee shop yang dimaksud. Dengan langkah cepat beliau menunjukkan tempat coffee shop dan toko sepeda yang dimaksud. Sampai ditempat, saya ganti complaint karena bukan toko sepeda yang berada di sebelah coffee shop melainkan toko sepatu. Setelah meluruskan masalah pelik ini, saya jadi paham suami saya tidak tahu bahasa Indonesia shoes adalah sepatu, bukan sepeda. (Dalam bahasa Melayu, shoes adalah kasut).

Bagi orang yang saling jatuh cinta, terpisah oleh jarak bukan masalah yang mudah. Banyak orang menyangka kerinduan orang jatuh cinta itu bersifat psikologis, namun sesungguhnya lebih bersifat fisik. Rindu bagi orang yang jatuh cinta menimbulkan rasa sakit secara fisik. Rasa sakit ini akibat berkurangnya beberapa neurotransmiter yang terjadi di otak. Orang-orang yang rindu dan terpisah oleh jarak sering merasakan sentakan saat orang yang dicintainya tidak ada didekatnya. Tetapi begitu bertemu kembali, semua komponen dalam ikatan cinta dapat pulih oleh membanjirnya dopamine dan oksitosin. Oleh sebab itu LDR (Long distance relationship) (sejujurnya) bukan hal yang mudah dilalui karena menyerang secara psikologis dan fisik laki-laki dan perempuan yang saling mencintai.
Dari sebuah penelitian, oksitosin memegang peranan penting bagi perempuan. Oksitosin memicu sejumlah sirkuit kepercayaan dan rasa nyaman di otak. Aktivitas seperti bergandengan tangan dan berpelukan, adalah tindakan paling alamiah yang dapat dengan cepat memulihkan ikatan kimia cinta. Kabarnya, berpelukan selama 20 detik yang dilakukan oleh seorang ibu kepada anaknya, atau seorang istri kepada suami, akan menimbulkan ketenangan dan stabilitas psikologis pada perempuan.
https://thefungie.com/2019/04/10/menikah/ https://thefungie.com/2019/04/14/marriedlyfe-part-2/