Maybe the inspirational quotes are the problem.

Part-2

Kelanjutan dari artikel sebelumnya yang berjudul Maybe the Inspirational Quotes are The Problems.

Tulisan ini adalah bagian kedua dari tulisan sebelumnya. Saat saya menulis cerita Part-1, saya sudah merencanakan untuk membuat Part-2. Saya begitu memahami kemampuan menulis saya sehingga saya membuat kebijakan membagi tulisan menjadi dua. Jika saya menulis cerita panjang, akan membuka kesempatan munculnya kemungkinan-kemungkinan buruk yang tidak saya inginkan, diantaranya, pembaca bosan, saya tidak bisa menjaga kerapian alur, dan cerita menjadi lemah logika. Akibatnya pembaca meninggalkan tulisan saya dan berharap supaya tulisan saya tidak muncul kembali.

Setiap penulis pasti memiliki harapan agar para pembaca memperoleh manfaat setelah membaca tulisan yang dibuatnya. Dan manfaat akan didapat apabila mereka membaca tulisan hingga selesai (supaya kesimpulan yang ditarik tidak keliru). Penulis yang baik pasti menguasai pengelolaan titik awal (from) dan titik akhir (to). From artinya situasi pada saat itu (was/is) dan to artinya ekspektasi yang diharapkan atau ingin dicapai. Apabila penulis gagal merancang tabel from-to, bisa dipastikan tulisan lemah logika.

Waktu saya menulis Part-1, saya tidak meletakkan kecurigaan bahwa menulis Part-2 akan sulit. Logikanya, saya tinggal melanjutkan saja hingga ide yang ada di kepala saya menjadi tulisan jilid dua. Namun saya mendapati situasi yang sebaliknya. Ternyata menulis bagian dua sangatlah sulit, terjal, dan memerlukan waktu yang lama. Berkali-kali mencoba, berkali-kali tidak berhasil. Percaya atau tidak ketika semuanya menjadi terasa sulit, biasanya orang-orang menenangkan diri dengan meresapi kata-kata mutiara atau kutipan-kutipan bernada inspirasi atau motivasi. Pun demikian dengan saya. Saat saya selalu gagal menyelesaikan Part-2, saya menguliti petuah Thomas A. Edison, “I have not failed. I’ve just found 10,000 ways that won’t work.”

Sebetulnya apa yang membuat tulisan Part- 2 saya tidak kunjung hadir?

Yang namanya mood pasti berubah-ubah tergantung situasi dan kondisi. Sayapun mengalaminya saat menulis Part-2. Pola perubahan mood yang saya alami bisa digambarkan sbb: pada pagi hari (menjelang atau setelah Subuh) mood menjulang tinggi. Pada siang hari, mood menulis mengendor (karena saya harus bekerja). Saat melihat kopi dan cake di sore hari, mood menulis menukik kembali. Dan di malam hari, mood mengendor seiring datangnya waktu untuk belanja online (yang saya tetapkan hanya di malam hari). Pecah konsentrasi sering terjadi antara melanjutkan menulis, atau berbelanja.

Mood yang berubah-ubah sebenarnya wajar hingga taraf tertentu. Dan menurut saya, perubahan mood yang saya alami masih normal dan wajar. Saya mendengar, ada beberapa kasus dimana perubahan mood terjadi sangat ekstrem, serius, tanpa alasan dan rangsangan yang jelas. Sebab itu orang-orang menyebutnya mood swings. Contohnya, secara tiba-tiba merasa sangat bahagia, sejahtera, tak lama kemudian emosi berubah arah menjadi marah, frustasi, mudah tersinggung, dan bahkan depresi. Tak heran mood swings sering mengganggu dan bahkan memporakporandakan kehidupan sehari-hari seseorang. Kabarnya, salah satu kemungkinan penyebab mood swings adalah ketidakseimbangan kimia otak yang berhubungan dengan pengaturan mood dan perubahan hormon yang dihasilkan tubuh. Beberapa sahabat yang jarang olah raga akan menjadi sasaran empuk mood swings (apabila merujuk pada ketidakseimbangan kimia dalam otak).

Mengapa penulis menulis? Sebab mereka ingin berpendapat. Tulisan yang dibuat penulis adalah sebuah pendapat tentang suatu topik. Dia (dalam rangka) menginformasikan pendapatnya yang (menurutnya) penting dan menarik, sehingga layak untuk diketahui pembaca. Pada umumnya penulis selalu merancang supaya tulisannya mampu mempengaruhi pembaca untuk bertindak sesuai informasi/pendapat yang disampaikannya.

Marilah kita mengingat kembali apa isi artikel Part-1 yang saya tulis. Artikel Part-1 menginformasikan tentang beberapa restoran yang layak dikunjungi apabila kita mampir ke Sragen, Ambarawa, Klaten, dan Ngawi. Tulisan Part-1, sudah dibaca oleh 215 orang (menurut data dari WordPress hingga tgl 17 Februari 2019). Sementara pembaca yang sudah mendatangi restoran yang saya rekomendasikan kurang dari 10 orang. Dari mana saya tahu? Mereka memberitahu saya secara langsung dan mengirimkan pesan lewat WA.

Bagi saya, tulisan Part-1 sudah menunjukkan hasil yang baik karena saya berhasil membuat beberapa pembaca mencoba restoran yang saya rekomendasikan. Dengan demikian informasi yang saya sampaikan masuk di perasaan beberapa pembaca. Konon, bukan informasi yang membuat seseorang bertindak, melainkan perasaan.

Kita mengenal informasi yang sangat kondang yang ditujukan pada para perokok (“Merokok Menyebabkan Kematian”), dan informasi yang ditujukan pada sekumpulan orang yang tidak menyukai olahraga (“Olahraga Teratur Membuat Pikiran dan Badan Sehat”). Informasi kondang tersebut sudah berusia ratusan purnama. Namun informasi itu ompong. Ia tidak mempan menggerakkan orang-orang untuk berhenti merokok dan mulai olahraga. Mengapa? Karena informasi tersebut tidak berhasil masuk di perasaaan perokok dan orang yang tidak mau berolahraga. Informasi yang baik adalah informasi yang memiliki kekuatan untuk dinilai secara positif atau negatif oleh yang diberi informasi.

Bagaiamana dengan Inspirational Quotes? Bukankah inspirator sedang menginformasikan pendapatnya? Menurut saya ada alasan neurologis di balik tindakan yang dilakukan seseorang setelah membaca kalimat inspiratif. Terkadang hanya dengan membaca satu dua baris teks inspiratif, bermunculan persepektif atau ide-ide baru yang layak untuk dipikirkan, diyakini dan dipahami. Kalimat inspiratif sesungguhnya sebuah gagasan yang merangsang seseorang untuk menciptakan gagasan yang lain. Jadi ia tidak berdiri sendiri. Ada semacam umpan balik antara inspirator dan pembaca kalimat inspirasional. Cobalah menyimak kata-kata yang mengandung inspirasi. Ia selalu berupa serangkaian kata-kata indah yang menggetarkan hati, memiliki makna dan membuka pikiran. Yang menjadi pertanyaan, mungkinkah sebuah tulisan memiliki irama yang sama dengan inspirational quotes? 

Bagi saya inspirational quotes berguna dan bermanfaat karena sering memancing ide-ide saya untuk terus dikembangkan. Soe Hok Gie pernah berkata-kata, “Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna, aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan.” ***

***

Fungie