Coba lihat foto dibawah ini, baik saya maupun Presiden Jokowi sedang tersenyum. Anggap saja saya orang yang jarang diberi senyuman, oleh sebab itu saat ada orang tersenyum pada saya, sensasi besar saya rasakan. Saya merasa dibutuhkan, diterima, dan diakui sebagai warga dunia.

Saya menyambut sangat baik kenalan, kerabat dan rekan-rekan kerja yang selalu menebarkan senyuman. Sikap ini menggambarkan dunia yang nyaman dan damai. Percaya atau tidak, lipatan senyum di wajah bisa membuat orang terlihat lebih muda karena otot-otot yang digunakan untuk tersenyum membantu mengangkat wajah. Tersenyum juga bisa membuat orang “terlihat” lebih sukses. Dan saya rasa, banyak orang memiliki pendapat yang sama dengan saya, bahwa smiling is practically perfect in every way. Beberapa yang malas tersenyum mungkin sedang berlumuran masalah. Bisa jadi dia sedang menutupi skenario buruk yang sedang dia mainkan. Oleh sebab itu, daripada disangka macam-macam, lebih baik kita selalu mengabadikan senyuman.
Selain tersenyum, hal penting yang pantas untuk dilakukan adalah melamun. Banyak yang mengira, pekerjaan melamun itu pekerjaan yang sia-sia dan tak berfaedah. Bahkan orang yang sering melamun diberi label pemalas. Padahal melamun memiliki beberapa manfaat, diantaranya meningkatkan empati, meningkatkan daya ingat, kreatifitas, serta meningkatkan suasana hati. Situs informasi kesehatan yang sangat terkenal, yaitu dailyhealthpost, pernah membahas manfaat melamun beberapa bulan yang lalu. Saya menyetujui artikel itu karena sesuai dengan pengalaman saya. Melamun adalah cara serius saya meningkatkan keberanian berkreasi dan memproduksi ide-ide yang bersliweran didepan mata dan didalam kepala. Terkadang dengan membayangkan sebuah skenario atau hal yang belum pernah saya alami, saya mampu merancang program yang sangat baik. Beberapa program bagus yang saat ini berjalan di sekolah tempat saya bekerja, dimulai dari lamunan saya. Percaya atau tidak seluruh hidup saya selalu diawali oleh apa yang saya lamunkan. Saya menyukai laki-laki yang tinggi, kurus, berkulit putih, eksentrik, bisa menggambar bangunan, dan bisa berbahasa Inggris, lalu saya bersuamikan dengan ciri-ciri seperti tersebut diatas. Saya pernah melamunkan bekerja dikelilingi oleh orang-orang yang baik, tulus, pintar dan kreatif, yang terjadi kemudian saya bekerja di sekolah yang memiliki suasana yang mirip dengan yang saya bayangkan.

Dari dulu hingga saat ini, saya selalu konsisten melamunkan bagaimana bekerja selama enam hari dengan santai-santai namun menghasilkan prestasi yang mengagumkan, dan pada hari ketujuh saya beristirahat. Saya ingin meninggalkan slogan kerja, kerja, kerja. Sudah lama saya meninggalkan gaya bekerja layaknya kuda. Energi terkuras namun hasil tak seberapa. Saya juga sudah mengucapkan selamat tinggal pada bekerja model “kaki menjadi kepala, kepala menjadi kaki.” Saya pernah tergila-gila bekerja hingga lupa makan dan bahkan menjadi perempuan pemarah yang mudah stress. Semua masalah saya selesaikan dengan amarah karena itu cara yang paling mudah. Menurut saya, orang yang tidak kreatif memang akan menyelesaikan masalahnya dengan marah. Saya ingat pada waktu itu kepala saya selalu panas pun saya jarang tersenyum. Raut muka saya berkerut seperti baju yang tidak disetrika. Semua pekerjaan saya atur supaya semua tergantung pada saya. Tidak terlitas dalam pikiran saya untuk berbagi pekerjaan apalagi regenerasi. Bahkan saking kerasnya saya bekerja, tidak ada kreatifitas yang saya lahirkan. Selama beberapa tahun, saya hanya menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan memenuhi target yang ditetapkan. Pada akirnya saya berkesimpulan apabila saya tidak memiliki waktu untuk melamun, saya tidak bisa melahirkan inovasi dan kreasi yang menawan.
Saya yakin banyak orang tertarik menuntaskan pekerjaannya dengan hasil yang lebih baik, lebih ringkas, dengan sedikit usaha, dan waktu yang lebih singkat. Tetiba saya ingat film terakhir yang saya tonton, yaitu Mary Poppins Returns, dia bilang everything is possible, even the impossible. Oleh sebab itu bukan hal aneh apabila saya semakin intensif dan obsesif mewujudkan lamunan saya untuk menghasilkan banyak uang dengan usaha yang sedikit, atau bahkan dengan tidak melakukan apa-apa. Harapan saya lamunan ini segera menjadi kenyataan. Bayangkan, betapa nikmatnya menghindari kerja keras dan kuat namun bisa menuntaskan pekerjaan besar dan bahkan mendatangkan kemajuan serta keuntungan yang berlimpah. Beberapa teman menyangka saya sedang berhalusinasi. Namun sesungguhnya, apabila mereka paham yang saya maksudkan, mereka akan berpendapat sebaliknya.

Pada dasarnya manusia itu memiliki sifat dasar malas, seperti halnya saya. Pada saat-saat tertentu, saya benar-benar menghargai malas level terendah. Seharian, saya pernah duduk-duduk di sofa, mengecek instagram, melihat tivi, lalu berjalan dari meja makan ke dapur, ke sofa lagi, melamun, melihat tivi lagi, melamun lagi, berjalan ke meja makan, membuka kulkas, melihat tivi, dan begitu seterusnya hingga malam tiba. Menurut saya, kemalasan adalah anugrah dari Tuhan yang harus dipergunakan. Manusia tidak perlu malu-malu menggunakannya. Yang terpenting bagaimana dia bertanggungjawab pada kemalasan itu karena kemalasan akan hadir dalam bentuk dan level yang berbeda-beda. Saya ingat Bill Gates pernah berkata-kata, “I will always choose a lazy person to do a difficult job because a lazy person will find an easy way to do.” Terhadap kata-kata Bill Gates, saya sangat senang. Meskipun banyak orang menganggap kata-kata Bill Gates ini sebuah ungkapan yang kontroversial, namun bagi saya petuahnya down to earth. Bill Gates percaya orang yang malas akan terus-menerus dan hampir secara intensif mencari cara alternatif untuk melaksanakan suatu proses dengan menggunakan sedikit usaha dan waktu. Tentunya ini sejalan dengan lamunan saya. Semakin tua, saya semakin menyetujui konsep the principle of least, yaitu lebih memilih jalur yang paling gampang, paling pendek dan lurus untuk dilalui (dalam hal apapun). Mengapa? Supaya saya bisa menghemat waktu dan tenaga. Ada yang bilang apabila saya tertarik memilih jalur ini maka tantangannya menjadi berkurang, hidup akan hambar dan tidak menarik. Saya diam saja dan terus menjalani pilihan saya. Sesuai titahnya, manusia sebenarnya selalu ingin memiliki kisah hidup yang gampang dilalui, pun dengan saya. ***
to be continued
FUNGIE