Bila Foto dan Teks Mati Gaya

Jaman sekarang rasanya sulit menemukan anak yang tidak suka menggambar. Mereka menggambar sesuai dengan perkembangan kognitifnya. Terkadang muncul gajah berwarna pink, kuda berwarna biru, harimau berwarna ungu atau kerbau berwarna hijau. Anak-anak dikelilingi oleh kehidupan visual  yang selalu bertambah dan semakin canggih. Anak-anak lebih mudah menerima informasi jika dibahasakan secara visual. Oleh sebab itu guru masa kini akan mengemas pelajaran mereka dengan balutan visual. Mereka menggunakan powerpoint, keynote atau video untuk menarik minat dan konsentrasi mereka. Games yang dikemas dalam aplikasi pun menawarkan animasi dan visual yang dahsyat, sehingga anak-anak betah berlama-lama bermain games. Tak heran Yuma Soerianto mampu membuat games yang digemari anak-anak. Sebagai programer yang berumur 11 tahun, tentunya dia sangat paham bahasa visual untuk anak-anak. Dalam hal ini Yuma menjadi UX (user experience), selain mencipta dia juga menjadi pengguna. Tidak bisa dibantah anak-anak sudah berada di era visual. Abad 21 sudah dekat dan diprediksikan era visual akan semakin menjadi-jadi. Anak-anak memproses semua informasi dengan visual mereka. Bahasa visual menjadi bahasa universal saat ini. Anak-anak bahkan lebih mudah dan cepat memahami konsep dengan bahasa visual dibanding dengan bahasa tulis. 

Berbeda dengan generasi visual, generasi saya adalah masa kejayaan kata-kata dan hapalan. (Umur saya saat ini 45 tahun). Semua serba kata-kata. Guru banyak berkata-kata. Kepala Sekolah selalu berkata-kata, apalagi guru agama dan Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Saya harus menghafalkan banyak kata-kata yang saya tidak mengerti maksudnya. Pokoknya harus hapal diluar kepala, baik dalam keadaan mata terbuka ataupun mata terpejam. Waktu saya sekolah tidak banyak gambar yang beredar di semua mata pelajaran. Semuanya berupa deretan kalimat yang harus dihapalkan. Metode one way learning menjadi andalan para pendidik pada waktu itu. Guru menjadi satu-satunya pusat ilmu. Yang paling saya sesalkan, pelajaran menggambar dianggap tidak penting. Imbasnya guru pun tidak menyukai gambar, sehingga yang diberikan kepada murid-murid selalu catatan-catatan, ringkasan atau diktat tanpa gambar.   

***

Dalam bukunya Kedahsyatan Cara Bercerita Visual, Lankow et al. (2014) mengatakan: “visualisasi gambar mampu menggantikan penjelasan yang terlalu panjang, serta menggantikan tabel yang rumit dan penuh angka.” Petuah Lankow menjawab dan (seolah-olah) menjadi titik terang bagi kaum yang suka berpikir rumit, berbelit-belit dan melilit. (Saya contohnya). Dalam visualisasi gambar, data-data dan teks menjadi hidup karena mengandung unsur brain friendly. Konsep-konsep yang dulunya complicated dan sulit menjadi lebih mudah dan cepat dipahami. 

Akhir-akhir ini dikenal istilah Infographic. Infographic merupakan salah satu alat komunikasi yang berkembang pesat karena mampu mengkombinasikan informasi yang ramah otak, teknologi, dan konsep yang tidak lengkap bila diceritakan hanya dengan teks dan foto. Infographics berasal dari kata Information dan Graphics. Ia adalah bentuk visualisasi data yang mampu menyampaikan informasi kompleks agar dapat dipahami dengan lebih mudah dan cepat. Infografis menjadi alternatif unggulan untuk menjelaskan cerita yang membosankan, penjelasan yang berbelit-belit, keterangan yang membingungkan dan multi persepsi. 

***

Penggunaan infografis dapat diaplikasikan dalam berbagai keperluan. Misalnya presentasi, laporan mingguan, laporan tahunan, laporan keuangan, laporan perkembangan, laporan riset, instruksi, guidelines, penjelasan produk, konten penelitian, blog, planning, proposal, pengajaran, bahkan saat melamar kekasih pun bisa. Misalnya seperti ini. 

Infografis Proses Melamar

Untuk membuat Infografis, banyak sekali website yang menawarkan bantuan. Saya merekomendasikan https://www.canva.com sebagai prioritas utama. Silakan bermain dengan data, fakta, dan kata yang mampu membentuk komunikasi visual yang ramah otak. Infografis sangat cocok digunakan untuk menjelaskan pelajaran di sekolah. Teachers perlu menguasai cara membuat infografis dan mengabarkannya ke anak-anak. Infografis akan membuat anak-anak lebih mudah memahami pelajaran yang sulit karena disampaikan dengan step yang teratur,  sedikit penjelasan dan hadirnya gambar yang memikat.*

FUNG IE