Lengho is my best friend forever.

Sudah hampir tiga tahun saya menjadi best friend Lengho. Kucing Persia yang lucu dan baik. Saya mengadopsi Lengho saat dia berumur 3 bulan. Awalnya saya mengadopsi 2 kucing, Lengho dan Sengho. Alasan saya mengadopsi karena saya dan Ibu saya suka kucing yang lucu. Maka resmi sudah 2 kucing tinggal bersama saya. Sejak kedatangan mereka, Ibu saya lebih banyak bergerak dan tertawa. Tentunya saya sangat senang bisa membuat Ibu banyak tertawa. Bahkan Ibu memperbolehkan kucing-kucing itu main ke kamar beliau. Tiga hari setelah kebersamaan yang menyenangkan itu, Tuhan memanggil Ibu. Ibu saya meninggal. Ibu meninggal setelah selesai sholat Subuh. Usianya 81 tahun. Otak saya berhenti pada waktu itu. Namun saya ikhlas. Sebab Ibu kembali kepada Sang Maha Hidup.

Kehidupan pada tanggal 1 Januari 2016 amatlah memilukan. Semua berduka. Begitu pentingnya Ibu dalam hidup saya, maka penghormatan terakhir kepada Ibu haruslah dilaksanakan dengan khidmat, rapi dan sempurna. Setelah memandikan jenasah Ibu, saya teringat harus mengurus 2 kucing yang telah menemani dan membuat Ibu bahagia. Meskipun singkat, namun jasa Lengho dan Sengho amatlah besar. Saya berjanji akan merawat Lengho dan Sengho hingga dewasa dengan kasih sayang yang sempurna.

Lengho dan Sengho harus ditangani. Saya menginapkan mereka di hotel kucing atas rekomendasi dokter hewan yang merawat Lengho dan Sengho sejak kecil. Fasilitasnya: kandang bersih, makan dan minum terjamin, tiap pipis dan pup pasirnya langsung diganti, dan dokter hewan yang siap 24 jam. Saya mewanti-wanti pada pelayan hotel supaya merawat dengan baik kucing-kucing kesayangan Ibu saya. Delapan hari setelah meninggalnya Ibu, saya menjemput Lengho dan Sengho. Waktu saya datang, mereka tidak memperlihatkan respon apa-apa. Sambutannya datar saja. Tak tampak gembira apalagi menampakkan perilaku rindu. Padahal saya mengharapkan mereka rindu tak tertahankan. Terkadang memang niat baik tidak selalu mendapat respon yang kita harapkan. Diam-diam saya mengelus dada atas perilaku mereka pada saya. Dengan demikian, saya tidak perlu menanyakan kabarnya, perasaannya, dan pelayanan hotelnya. Impas.

Waktu berlalu, selanjutnya saya merawat kucing-kucing kesayangan Ibu. Saya rutin membawa Lengho dan Sengho ke dokter hewan karena usia 3 bulan perlu vaksin dan segala macam perawatan supaya kucing sehat dan tidak membawa penyakit bagi human being disekitarnya. Tidak lama setelah Lengho dan Sengho divaksin, Sengho lemas. Dia kesulitan bernapas. Saya membawa Sengho ke Dokter Bambang Irawan. Beliau menyarankan Sengho rawat inap saja supaya bisa diobservasi lebih baik. Saya tidak ingat berapa hari Sengho dirawat di klinik. Beberapa hari kemudian Dokter Bambang Irawan mengabarkan Sengho kritis. Selisih beberapa jam dari kabar kritis, Dokter Bambang menelepon kembali mengatakan Sengho meninggal.

RIP Sengho.

Selanjutnya Lengho menjadi teman terbaik saya hingga saat ini.*

Fung Ie